CINTA selalu datang tiba-tiba dan begitu saja. Seharusnya malam itu
adalah malam ulang tahun yang berkesan buat Ayin (Aline Adita), seorang
perempuan keturunan keluarga Cina Benteng yang juga seorang janda tanpa
anak. Awalnya ia ingin bersenang-senang dengan menyewa seorang lelaki
pramusyahwat yang belakangan diketahui bernama Wellu (Natalius
Chendana). Tapi apa daya, kedatangan kakak Ayin merusak mood-nya.
Bayangan masa lalu pun berkelebat, mengingat pelecehan seksual yang
dilakukan ayah kandungnya sendiri.
Tema yang cukup dewasa dan berat itu dituturkan dengan indah dan apa
adanya dalam film pendek berjudul Rawa Kucing. Adalah sebuah nama daerah
di Tangerang yang ditempati oleh dominasi warga Tionghoa. Film pendek
ini adalah satu di antara tiga film dalam omnibus berjudul 3Sum. Selain
Rawa Kucing yang bergenre drama komedi, ada pula horor berjudul
Insomnight dan action berjudul Impromptu.
Film Indonesia Berlatar Tionghoa
Saya jadi ingat beberapa film Indonesia berlatarkan atau tentang
Tionghoa. Adalah Ca Bau Kan, diadaptasi dari novel Remy Silado berjudul
yang sama. Berkisah tentang seorang perempuan pribumi yang terpaksa jadi
pelacur, yang kemudian menjalin asmara dengan seorang bangsawan kaya
keturunan Cina. Film debut Nia Dinata ini benar-benar epic dari segi
tata artistik dan juga teknis.
Selanjutnya, tak dapat saya lupa karena saat itu saya menontonnya
bersama mantan (curcol dikit), adalah film Mai tahun 2008. Mengisahkan
tentang Mai, korban perkosaan dalam Tragedi 1998 yang memikul trauma
hebat. Film besutan Viva Westi ini juga mengurai kehidupan asmara Mai
dengan kekasihnya yang datang dari pribumi.
Selanjutnya ada kisah cinta beda agama yang berakhir dengan ending
realistis. Yakni Cin(T)a, merupakan film pemenang naskah asli terbaik
FFI 2009 tentang kisah cinta seorang pemuda Tionghoa dan juga gadis
Indonesia beragama muslim.
Selanjutnya ada pula bagian dalam film Berbagi Suami, yakni hubungan
cinta istri simpanan dan lelaki beristri yang melakukan poligami
diam-diam. Dan juga omnibus dalam Perempuan Punya Cerita berjudul
"Cerita Jakarta", yang berkisah tentang perempuan Tionghoa yang mengidap
HIV yang ditularkan oleh suaminya.
Dari kelima film tersebut, Ca Bau Kan, Cin(T)a, dan juga Mai, punya
aroma romantisme sendiri-sendiri. Tapi belum pernah saya sampai mengharu
biru saat menonton Rawa Kucing (disutradarai Andri Chung). Meski
terbilang pendek dengan durasi sekira setengah jam, tapi atmosfer yang
dihadirkan sekaligus performa aktor dan cerita yang kuat, membuat film
ini terasa begitu nyata. Benar-benar terjadi. Dekorasi setting dan
wardrobe juga sangat mendukung sehingga kita benar-benar terbawa ke era
80'an.
Plot Rawa Kucing
Kisah ini terjadi pada tahun 1980. Orang-orang menganggap Ayin adalah
perempuan pembangkang. Dia tak pernah menjenguk ayahnya yang sedang
sakit. Ia juga selalu hura-hura dengan bermain judi, minum-minuman
keras, dan suka berhubungan bebas. Di malam ulang tahunnya ia berharap
bisa bersenang-senang dengan seorang pemuda perjaka. Maka oleh seorang
germo, didatangkanlah sosok Welly pemuda tuna rungu dan tuna wicara yang
lugu dan berasal dari keluarga miskin.
Sayang, karena sempat dilecehkan oleh seorang teman Ayin, Welly sempat
kabur. Ketika Ayin datang, Welly tak ada di tempat. Beberapa saat
kemudian saat Welly datang, kakak perempuan Ayin datang menyurun Ayin
untuk menjenguk sang ayah. Kedua kakak beradik ini terlibat percekcokan
yang sangat keras hingga Ayin bersumpah memutuskan hubungan
persaudaraan. Hal ini dilatari oleh pelecehan seksual yang pernah
diterima Ayin oleh papa kandungnya sendiri.
Ayin dan Welly akhirnya bertemu dan melakukan hubungan suami istri.
Welly diusir kemudian namun menolak menerima uang. Welly berkali-kali
berusaha mengatakan kalau ia jatuh cinta pada Ayin. Tapi perempuan itu
tak peduli.
Beberapa hari kemudian ayah Ayin akhirnya meninggal. Kakak Ayin kembali
datang dan mengusir Ayin dari rumah yang ditempati Ayin selama ini.
Rumah tersebut telah diwariskan bukan terhadapnya. Ayin luntang-lantung,
sementara teman-temannya tak menerima keberadaannya lagi. Ia sampai di
Pasar Rawa Kucing dan terlunta-lunta. Di sanalah ia kembali bertemu
dengan Welly.
Kisah berakhir melankolis ketika kita tahu bahwa beberapa scene yang
tersisip di sepanjang jalan cerita, ternyata kisah yang terjadi pada
tahun 2012, dimana keduanya telah tua dan sudah menikah bertahun-tahun
sejak pertemuan di pasar.
*
Witra Asliga adalah blogger yang hobi menulis review film yang saya
kagumi. Pada tahun 2012 ia ikut andil dalam pembuatan film omnibus
berjudul 3Sum. Dimana ia adalah penulis dan sutradara untuk film
berjudul Imnsomnight. Sayangnya Om Witra ini tak lagi seproduktif dulu
dalam mereview film. Padahal blognya selalu saya kecup setiap ada
artikel baru. Dalam proyek 3Sum ini ada filmmaker baru lainnya yakni
Andri Chung dan William Chandra.
Dan 3 Sum dirilis pada 31 Januari 2013, lantas saya tonton pada Februari
seorang diri. Maklumlah saat itu sedang jones. Dan saya pun jarang
apdet blog pada saat itu. Sempat memasuki masa 'inkubasi' sampai 6
bulan, membuat saya malas nulis meski beberapa film bioskop telah saya
tonton. Setahun kemudian, akhir januari, DVD resmi 3Sum telah dirilis.
Kita bisa membelinya di CD store terdekat. Dukung terus film Indonesia
yang berkualitas!
0 komentar:
Posting Komentar
Boleh komentar apa saja.