Beberapa bulan sebelum saya dan suami menikah, saya dikagetkan dengan
berita perceraian salah satu orang yang sangat menginspirasi saya.
Beliau baru saja menginjak 2 tahun pernikahan namun berpacaran sudah
cukup lama, sekitar 8 tahunan. Saat ditanya mengapa akhirnya memutuskan
bercerai, beliau hanya memberikan nasehat, bagusnya sebelum menikah
benar-benar terdapat komunikasi satu sama lain mengenai hal-hal yang
diharapkan dengan pernikahan, juga mengenai keadaan diri masing-masing,
baik atau buruk.
Saya dan calon suami waktu itu akhirnya melaksanakan nasehatnya. Kami
saling menceritakan sifat buruk kami dengan tidak mengharapkan apa-apa.
Kalau memang cinta dan benar-benar berniat menjadikan pernikahan
sebagai ibadah, insyaAllah sifat buruk kami masing-masing akan saling
dikurangi.
Akhirnya kami pun menikah pada tanggal 26 Juni 2011 yang lalu.
Setelah saya menikah, tidak berapa lama terdapat lagi seorang sahabat
yang pernikahannya berada di ujung tanduk. Di dalam hati, saya
sebenarnya mengagumi keluarga beliau karena merupakan keluarga yang
cukup harmonis dan sang ibu benar-benar menjadi pendidik yang asik bagi
anak-anaknya. Fuah, saya jadi was-was lagi, huhu.
Akhirnya saya menjadikan umur pernikahan kedua sahabat itu menjadi
patokan keberhasilan mempertahankan pernikahan saya dan suami. Patokan
yang paling ringan adalah ketika memasuki usia 2 tahun pernikahan.
Terbersit rasa lega yang tidak sedikit saat usia pernikahan kami
menginjak umur 2 tahun 4 bulan yang lalu. Patokan selanjutnya adalah di
umur pernikahan ke 10 nanti, sama dengan sahabat yang pernikahannya di
ujung tanduk dan umur pernikahan mbak Uniek Kasgarwanti,
seorang blogger yang saya kenal dari komunitas emak2 blogger (KEB) yang
baru saja merayakan umur pernikahan ke 10 ~Semoga beliau bahagia selalu
bersama suami dan pernikahannya langgeng sampai akhir hayat, aamiin~.
Yang satu di ujung pernikahan, yang satu masih sangat langgeng, dari
keduanya kita bisa belajar :D
Selain menjadikan umur pernikahan kedua sahabat tersebut sebagai
patokan ringan, saya juga menjadikan umur pernikahan orangtua saya dan
suami sebagai patokan selanjutnya. Mereka masih tetap harmonis sejak
awal menikah hingga sekarang, dan saya sangat mengagumi keduanya. Umur
pernikahan mertua saya sudah mencapai 26. Dan umur pernikahan orangtua
saya lebih dari itu, yaitu 38. Harapannya siih saya dan suami bisa
langgeng seumur hidup. Bahkan dipersatukan kembali di surgaNya kelak,
Aamiin.
Namun, dari pengalaman buruk kedua sahabat itu serta dari
keharmonisan keluarga orangtua kami, saya mengambil beberapa pelajaran
dalam pernikahan.
*Saya pernah bikin postingan mengenai persiapan mental sebelum menikah,
nah kali ini pendapat saya untuk membuat pernikahan langgeng dengan
melihat pengalaman-pengalaman pernikahan teman maupun sanak saudara.
1. Selalu komunikasi
Tanpa adanya komunikasi yang baik, hubungan juga tidak akan berjalan
baik. Saya dan suami Alhamdulillah selalu berkomunikasi dengan baik.
Biasanya kami menyediakan waktu 1 hari kosong untuk hanya di rumah saja
dan bersantai, hihi. 1 hari bersantai itu kita gunakan untuk saling
bercerita panjang lebar mengenai segala hal. Tapi jika dalam satu minggu
kami tidak memiliki hari libur yang bisa digunakan untuk di rumah saja,
suami kadang-kadang ijin kerja di weekdays :P
2. Saling percaya dan menjaga kepercayaan
Huah, ini penting banget nih. Walaupun komunikasi berjalan mulus,
tapi tanpa adanya rasa saling percaya tetap saja komunikasi yang
berjalan hanya akan saling mencurigai dan itu tidak baik bagi sebuah
hubungan. Ini yang saya pelajari dari orangtua saya dan suami. Mereka,
walaupun tanpa berkomunikasi, benar-benar bisa saling percaya dan saling
menjaga kepercayaan itu. Sekali saja kita mengkhianati kepercayaan
pasangan, selanjutnya tidak akan pernah bisa sepenuhnya dipercaya lagi.
Huhu.
3. Selalu mempelajari dan mengerti kekurangan pasangan
Iya, mempelajari, hehe. Kita biasanya akan terus menemui kekurangan
pasangan yang tidak bisa kita tolerir. Nah, buat saya sih, kekurangan
tersebut dipelajari untuk dimengerti. Jadi, saat kita melihat kekurangan
pasangan, kita sudah tau cara mengatasinya untuk selanjutnya kita
kurangi sedikit demi sedikit. Kita juga harus tau kekurangan kita untuk
dikurangi sedikit demi sedikit juga.
4. Selalu belajar untuk menjadi lebih baik
Tanpa belajar, kita gak bisa mengubah diri kita untuk menjadi lebih
baik dan lebih baik lagi. Tentunya agar pernikahan langgeng, kita mau
selalu lebih baik lagi kan? Nah, dengan selalu berkomunikasi, saya dan
suami jadi tau harapan dan kekurangan masing-masing. Dengan begitu, kita
bisa selalu belajar untuk bisa memenuhi harapan tersebut atau
memperbaiki kekurangan agar hubungan terjaga.
5. Jangan malu untuk sering-sering berhias
Bukan cuma istri, suami juga perlu berhias untuk menyenangkan
istrinya, hehe. Biasanya kan yang menuntut selalu suami agar istrinya
bisa terlihat cantik di matanya. Nah, istri juga bisa donk menuntut
suaminya tampil ganteng dan rapi, hihihi. Maka dari itu, jangan gengsi
untuk sesekali berhias diri walaupun gak pergi keman-mana, yaa sekedar
menyenangkan hati pasangan :D
6. Samakan visi dan misi keluarga
Hihi, kaya apaan aja yak punya visi dan misi. Etapi bener lho, suami
istri itu harus punya pandangan yang sama terhadap keluarga yang mereka
bentuk, ya punya visi dan misi yang harus sama gitu. Kalau visi yang
dipegang suami berbeda dengan istri, ya bisa wassalam deh, dan bisa
selalu terangkat ketika terjadi keadaan yang tidak enak *alias emosi*.
Kalau untuk hal-hal kecil sih gak masalah bisa beda, tapi visi dan misi
ini adalah suatu hal yang prinsipil bentuknya.
7. Rutin memberi kejutan-kejutan kecil
Hihi, kejutan-kejutan kecil gini bisa membuat makin cinta dengan
pasangan lho. Pernah suatu hari, suami ada acara di *lupa tempatnya*,
karena saya orang yang penakut, jadi saya tidak membolehkan suami pulang
terlalu malam ~paling malam ya jam 8 lah~. Nah, karena waktu itu suami
pulang agak lebih malam, saya sudah terlanjur tidur dan sudah terlanjur
*sedikit* kesal, huhu *mana saya lagi hamil pula*. Tetapi, akalnya suami
pinter banget deh. Dia membawakan makanan favorit saya plus hadiah
kecil. Seumur-umur saya memang menginginkan barang itu dan belum
kesampean sampai dia membelikan XP *sampai saya posting di facebook juga, hihi*
8. Mesra di manapun
Asal jangan vulgar yaa, hehe. Sekedar mencuri2 cium saat berdua saja
di lift atau di tempat umum atau sekedar mencolek-colek iseng suami juga
bisa membuat hubungan gak datar lhoo. Malah bisa semakin harmonis, hihi
9. Jangan remehkan kata tolong, terima kasih, dan maaf
Yap, ketiga kata ini penting digunakan agar pasangan selalu merasa
dihargai dan bermanfaat. Pada bagian ini, saya juga pernah membuat
postingan sendiri di sini.
10. Sering-sering ucapkan “I love you”
Jangan gengsi juga untuk sering-sering mengatakan “I love you” untuk
pasangan, tiap hari juga boleh XP Bener deh, kata-kata ini menjadi
penyemangat hati yang sedang suntuk atau tidak bersemangat.
Rasanya baru segitu saja dari saya. No 8 sampai 10 baru ditulis
setelah diingatkan oleh kakak sepupu yang komen, hehehe. Memang saya newbie sih untuk urusan pernikahan, hihi maklum baru 2,5 tahun :P. Tapi saya mau dan semangat untuk terus belajar menyenangkan suami, anak, dan juga membuat keluarga yang harmonis. Aamiin
0 komentar:
Posting Komentar
Boleh komentar apa saja.