Merupakan sebuah kegembiraan bagi keluarga
Arifin (bukan nama sebenarnya) karena bisa menempati rumah baru mereka.
Rumah besar yang terletak di pingiran sebuah desa di Kabupaten Bandung
Barat itu sebenarnya belum layak huni, maklum disana-sini masih banyak
bangunan yang belum selesai, seperti ruang tengah yang langit-langitnya
belum dipasang plafon, kamar anak yang belum diberi keramik dan ruang
tamu yang belum diberi gorden. Tetapi apa boleh buat, karena rumah
kontrakan yang mereka sewa selama ini sudah jatuh tempo, akhirnya mereka
memutuskan untuk mengisi rumah baru mereka dengan kondisi seadanya.
Malam ini adalah malam pertama bagi keluarga
kecil Arifin untuk menempati rumah baru mereka. Pria berusia sekitar
tiga puluh lima tahun ini beserta istri dan kedua anaknya sudah begitu
lelah karena sejak tadi pagi seharian memberekan rumah mereka. Oleh
sebab itu tidak aneh kalau baru pukul 20.30 mereka sudah mulai
merebahkan diri beristirahat di sebuah kamar yang terletak di ruang
tengah. Mungkin karena kelelahan dan juga karena udara dingin yang
merasuk sampai ke sumsum tulang membuat mereka semua cepat terlelap di
peraduan.
Salah seorang anak Arifin yang kebetulan
tidurnya disampingnya, mempunyai kebiasaan kalau tidur tidak bisa diam.
Anak ini sering membolak-balikkan badannya, bahkan tanpa disadarinya,
kakinya kadang-kadang menendang tubuh Arifin, sehingga membuat Ayah dua
anak ini merasa tidak nyaman dan terbangun. Sekitar pukul jam 21.30
Arifin lalu memutuskan untuk pindah tidur ke ruang tamu yang kondisinya
saat itu masih seadanya. Kaca jendela masih terbuka tanpa ditutupi
sehelai gorden pun, sehingga pemandangan diluar jelas sekali terlihat.
Lampu ruang tamu memang sudah mati sejak tadi, sehingga penerangan hanya
mengandalkan lampu luar yang cahanya langsung menembus ke dalam.
Baru saja akan terlelap dalam mimpi indah,
tiba-tiba terdengar suara pintu kamar tengah seperti ada yang membuka.
Kemudian terdengar seperti suara anaknya disertai dengan langkah kecil
yang bergerak menuju ke arah belakang. Kemudian terdengar pintu kamar
mandi terbuka diiringi dengan suara kucuran air dari kran. Arifin
menduga pasti itu suara anaknya yang “kebelet pipis”. Suara di
kamar mandi itu kemudian tiba-tiba menghilang begitu saja dan suasana
berganti menjadi hening. Karena merasa ngantuk sekali, Arifin tidak
begitu memperdulikannya. Dia “cuek” saja dan berusaha melanjutkan tidurnya.
Kesadaran Arifin hampir saja hilang dan
berganti mimpi indah kalau saja tidak ada sesuatu yang membuat tidurnya
kembali terganggu. Kali ini dia merasa ada tangan lebut yang
mengelus-elus kepalanya. Spontan Arifin menepis lembut tangan tersebut,
namun anehnya tepisan itu tak menyentuh apapun. Dia kembali melanjutkan
tidurnya. Lagi-lagi kepalanya dielus-elus dengan lembut, kembali Arifin
menepis dengan tangannya. Arifin mengira ini ulah iseng anaknya yang
tadi pipis.
“Aaah …. sudah tidur sana, jangan ganggu Bapak,” hardik Arifin sambil ngelindur.
Tidak ada jawaban yang terdengar, namun
elusan tangan itu kemudian segera mendadak berhenti. Gangguan itu
ternyata tidak berhenti begitu saja. Kali ini Arifin merasakan seperti
ada hembusan angin dikepalanya yang membuat dirinya kedinginan. Karena
penasaran, dia mencoba bangun dan melihat ke arah belakang. Anehnya,
tidak ada siapa-siapa disana. Ruang tengah masih terlihat gelap dan
sunyi. Entah mengapa perasaan Arifin mulai tidak enak. Badannya mulai
merinding dan bulu kuduknya kini mendadak jadi berdiri. Pikiran aneh
mulai merebak dikepalanya, namun antara sadar dengan tidak karena
ngantuk berat, dia kembali berusaha menenangkan pikirannya dan kembali
melanjutkan tidurnya sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
Belum juga benar-benar tertidur, di depan
rumah Arifin sayup-sayup terdengar seperti ada keramaian. Semakin lama
suara-suara itu semakin jelas dan membuat tidurnya mulai terganggu
kembali. Dirinya jadi penasaran, ada apa sebenarnya yang terjadi ?
Matanya secara perlahan mulai dibuka sambil menahan ngantuk. Alangkah
terkejutnya Arifin meihat pemandangan yang ada diluar teras rumahnya.
Antara percaya dengan tidak, dia melihat begitu benyak makluk aneh yang
berseliweran di depan rumahnya. Semuanya nampak jelas dimatanya. Ada
makhluk yang tinggi kurus bermata besar dengan jemarinya yang panjang
dan berjalan seperti orang hutan. Ada juga makhluk cebol yang badannya
gendut, dengan wajah seperti kena penyakit borok. Ada juga makhluk
berkuping lancip seperti Mr. Spock dalam film Startrek. Ada juga makluk
bertelinga besar mirip gajah dengan kaki seperti ayam. Pokoknya semua
makhluk yang dilihatnya itu belum pernah ditemuinya di alam nyata.
Badan Arifin semakin menggigil ketakutan,
lalu cepat-cepat ditutupi kepalanya dengan selimut berusaha untuk
mencoba menghalau pandangannya. Suara-suara itu terus menggagnggu
tidurnya. Semula dia berpikir mungkin ini hanya mimpi, lalu dia mencoba
untuk mengintip melalui selimutnya. Benar saja, makhluk-makluk itu masih
ada dan terlihat jelas. Sepertinya mereka sedang asik dengan
kesibukannya. Terlihat bagaimana tingkah polah makhluk yang hampir semua
bentuknya aneh dan mengerikan itu. Ada makhluk yang sedang berbicara ke
sesama mereka. Cara bicaranya cepat, seperti kita menonton adegan
dialog dalam film yang diputar cepat. Suara mereka terdengar tidak
begitu jelas, hanya seperti suara mendesis. Diantara mereka ada juga
yang terlihat seperti sedang berdagang. Ada yang duduk bersila, ada yang
jongkok dan terlihat seperti orang yang sedang adu tawar harga, persis
sebagaimana layaknya di pasar tradisional.
Belum habis rasa kaget Arifin melihat
pemandangan yang begitu menakutkan itu, entah dari mana datangnya,
tiba-tiba salah satu makhluk itu sudah ada dihadapannya. Padahal pintu
rumah dan jendela masih tertutup rapat. Makhluk aneh tersebut sedang
dalam posis mengendap-endap seperti anak kecil yang sedang main petak
umpet dan memintanya untuk diam, dengan cara meletakkan telunjuk jarinya
yang panjat ke mulutnya sambil mengeluarkan suara,”Sssstttttt ……”.
Kali ini pertahanan Arifin goyah. Dia
berusaha menjerit sekuatnya, namun lehernya seperti terkunci. Tidak ada
suara yag keluar dari tenggorokannya. Badannya semakin menggigil
ketakutan. Dengan seluruh kekuatannya, dia berusaha bangkit dari sofa,
namun anehnya tubuhnya terasa berat sekali. Dia berusaha meronta
sekuatnya, lagi-lagi usahanya sia-sia. Untungnya Arifin masih ingat
dengan kata-kata guru ngajinya dulu, kalau ketemu hantu, baca saja
ayat-ayat suci Al-Qur’an. Lantas dia mencoba membaca ayat-ayat suci
Al-Qur’an yang diingatnya. Benar saja, tubuhnya tiba-tiba menjadi ringan
dan dengan gerakan secepat kilat dia meloncat dari sofa, segera berlari
menuju ke kamarnya.
“Ada apa Pak ? Kok seperti ketakutan ?” katanya istrinya yang mendadak terbangun.
“Aa …ah…. nggak apa-apa kok Ma, Bapak cuma kedinginan …..,” kata Arifin berusaha menutupi kejadian yang sebenarnya, karena khawatir istrinya jadi ikut ketakutan.
Keesokan paginya, Arifin menanyakan kepada
istrinya apakah tadi malam salah seorang anaknya mereka ada yang keluar
untuk kecing. Istrinya mengatakan kalau anak mereka tadi malam tidur
terlelap dan tidak pernah keluar kamar sampai pagi. Lantas, tadi malam
yang ke kamar mandi itu siapa, pikir Arifin. Pasti ini ulah hantu
penghuni rumah mereka. Tetapi Arifin tetap berusaha menutupi kejadian
itu di depan anak dan istrinya, karena dia tidak ingin keluarganya
ketakutan dan tidak mau tinggal disana.
Selang beberapa minggu kemudian kebetulan
badan Arifin kurang fit dan minta urut dengan lelaki tua berumur enam
puluhan, seorang tukang urut kampurng yang tinggalnya tidak jauh dari
rumah mereka. Sambil diurut, dia iseng-iseng menceritakan pengalaman
yang pernah dialaminya. Mendengar penuturannya, tukang urut itu hanya
tersenyum kecil.
“Lho ….Mbah kok nggak kaget mendengar cerita Saya ? Mbah gak percaya ya ? Saya nggak ngarang kok Mbah, ini benar-benar terjadi,” kata Arifin sedikit kesal.
“Ya…ya……Mbah percaya ! Justru Mbah nggak kaget karena sudah pernah juga mengalaminya,” kata mbah tersebut.
“Maksud Mbah ?” tanya Arifin penasaran.
“Begini Pak …….di daerah sini memang dari
dulu terkenal angker. Tanah kosong yang ada di depan rumah ini
sebenarnya merupakan pasar tradisonal makhluk halus. Mereka memang
sering mengadakan transaksi disini pada waktu-waktu tertentu. Ada dua
tempat yang biasa dipakai oleh mereka, yang satu di daerah sana sekitar
500 m dari sini, dan yang satu lagi ya di depan rumah Bapak ini,” kata Mbah tukang urut itu mejelaskan.
“Oww begitu …….pantesan saya malam itu melihat kejadian aneh, ternyata itu benar ya Mbah !” kata Arifin penuh keheranan.
“Ya betul ….gak apa-apa, mereka tidak
mengganggu kok. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat
mereka. Bahkan di rumah ini juga ada penunggunya. Mungkin mereka hanya
ingin memberitahu keberadaanya. Biarkan saja, mereka juga butuh
kehidupan, sama seperti kita. Yang penting, kita tidak saling ganggu.
Mereka juga makhluk Allah juga Pak, “ pungkas tukang urut itu.
Sejak saat itu Arifin yang semula sholatnya “belong-bentong”
menjadi rajin sholat dan berusaha tegar menyikapi kondisi unik di
seputar rumahnya. Kini dia bisa hidup berdampingan dengan makluk-makluk
tersebut, walau kadang-kadang kejadian aneh masih sering dialaminya.
0 komentar:
Posting Komentar
Boleh komentar apa saja.