Mengabarkan Tentang Sesuatu Untuk Kita

Laman

Politik SBY dan demo mahasiswa


13931395212082095039
"TURUNKAN rezim Susilo Babi Yono" Itulah salah satu teks di atas karton yang dibuat sebagai aksi protes puluhan mahasiswa di Yogayakarta. Mereka tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Yogyakarta. Selain papan karton bertuliskan kalimat sangat provokatif itu, mereka juga membakar foto SBY dan juga bendera Demokrat dalam sebuah ban mobil.

Demonstrasi ini terjadi Minggu tadi di Yogyakarya (23/2), dimana sempat terjadi kericuhan antara demonstran dan polisi. Para aktifis mahasiswa ini memblokir kawasan pertigaan di Jalan UIN Sunan Kalijaga. Aksi ini ditujukan sebagai aksi menolak kedatangan SBY ke Yogyakarta. Menurut agenda, SBY akan memberikan pengarahan pemilu untuk ribuan kader di GOR Amongrogo pada pukul sembilan pagi. Konsolidasi partai ini dilakukan secara tertutup dimana ada sekira 5000 kader yang hadir mulai dari tingkat desa hingga provinsi.

Aksi ini dianggap pihak demonstran sebagai cara untuk menambah 'dinasti kekuasaan' SBY seperti yang diakui Agus Luki sebagai koordinator demonstrasi. Dia berkata, dilansir liputan6: "Konsolidasi Partai Demokrat di Amongrogo ini hanya akan menambah dinasti kekuasaan SBY. Maka itu kita tolak dia datang ke Jogja. Memimpin bangsa gagal saja masih ingin melanjutkan kekuasaannya. Malah jadinya tambah parah,"

Demonstran Dulu, Demonstran Sekarang

Nama mahasiswa bisa semakin tercoreng karena sekelompok mahasiswa yang melakukan tindakan gegabah ini. Mengapa demikian? Karena mereka tidak berdemonstrasi secara elok. Demonstrasi yang mereka lakukan juga tidak urgensial dan mengada-ngada. Apalagi memakai kalimat kasar dan pembakaran 'tokoh negara', dalam hal ini presiden.

Demonstrasi adalah bagian dari demokrasi. Tak ada larangan untuk melakukan hal itu. Cuma yang disayangkan, mengapa sampai sebrutal itu mengata-ngatai presiden. Babi itu nama hewan yang jika disebutkan ke orang lain akan menjadi umpatan yang kasar, lho. Nah pasti para mahasiswa itu punya orangtua kan? Bagaimana jika orangtua sendiri dikatakan orang lain dengan sebutan 'babi'? Kalau begini ceritanya, apakah ini bisa disebut 'rakyat yang menzalimi pemimpinnya sendiri?' bukan 'pemimpin menzalimi rakyatnya?"

Jika memang sebagai aksi mengingatkan, tentulah harus pakai etika. Dan biasanya aksi tersebut diwajarkan oleh yang kontra presiden. Hal demikian dianggap cara yang ampuh dalam menyentil pemimpin bangsa.

Dan demo semacam ini ternyata tak hanya kali ini saja terjadi. Saat kenaikan BBM pada Maret 2012, sekelompok mahasiswa turun ke jalan. DIkutip Kedaulatan Rakyat, 22 Maret 2012:

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam PMII DIY dan KBMU Sunan Kalijaga pagi ini melakukan unjuk rasa di pertigaan UIN Sunan Kalijaga. Mereka kembali menegaskan penolakan terhadap rencana kenaikan harga BBM. Massa membawa papan ucapan selamat, yang bertuliskan 'Selamat dan Bahagia, Susilo Babi Yono Pengkhianat Bangsa'. Meski belum rusuh, demo cukup panas karena beberapa orator melakukan orasi secara provokatif. Massa juga sempat membentuk lingkaran besar yang menutup akses jalan bagi kendaraan di kawasan tersebut. "Kalau SBY - Boediono sengaja menaikkan harga BBM untuk kepentingan mereka, semoga mereka cepat meninggal dunia dan mati masuk neraka," ujar orator yang diamini massa secara serentak.

Sumber: Unjuk Rasa Kenaikan BBM (22-25 Maret 2012)

*

Untuk mengkritik, caranya tak harus turun ke jalan dan beraksi seolah-olah negara sedang berada di ambang kehancuran. Apalagi sampai berorasi secara provokatif dengan teks di papan yang tak kalah provokatif. Kita bisa menggunakan kritik lewat tulisan, atau melepas kacamata kuda dan berpikir lebih luas lagi. Jika memang kecewa dengan pemerintahan saat ini, jalan terbaik dan bijak adalah dengan berusaha memahami dan tak asal menuduh.

Menuding-nuding hal yang tak pasti, menjadi begitu responsif akibat 'pemberitaan media', malah akan menambah-nambah beban diri. Tunjukkan saja kualitas diri dengan menjadi mahasiswa yang baik dengan prestasi akademik yang gemilang. Agar nanti kalau sudah jadi orang bisa mengabdi pada masyarakat dengan sejenis tidak melakukan korupsi. Menjadi kritis boleh-boleh saja, tapi bagaimana caranya memoles kritik itu dengan cara yang elegan. Jangan sampai citra mahasiswa semakin menunjukkan citra orang-orang bar-bar.

Sekelompok pendemo itu adalah sebagian kecil dari wajah mahasiwa. Apalagi demonstrasi sejenis itu terjadi di kawasan dan oleh mahasiswa dari kampus yang sama. Jelas tidak menunjukkan citra mahasiswa Indonesia sesungguhnya. Seharusnya sekumpulan mahasiswa pendemo itu bisa bercermin sama almamaternya sendiri. Apa tidak malu mengatakan hal yang serba tidak dipertimbangkan? Apa kabar rektor di kampus setempat ya?

Ayo, kemas bentuk kekecewaan dengan kata-kata yang lebih santun. Tidak lupa kalau pelajaran PMP/PKn pernah diajarkan sewaktu masih SD, kan? Nggak mungkin dong, langsung ujug-ujug jadi mahasiswa. Simak komentar dari seorang mahasiswa di blognya sebagai berikut:


kalau di pikir-pikir siapa sih yg salah??
mau demo kaya apa ,, kalo udah kewenangan pemerintah kita ya ga bisa apa-apa.
cuma bisa demo? capek-capek'in aja...
DEMO itu gapapa selagi wajar juga gak anarkis...
MAHASISWA bukannya membangun bangsa tpi malah MERUSAK BANGSA dgn adanya tindakan mreka yg ANARKI serta MENJELEK-JELEKAN NAMA PRESIDEN-nya sendiri...
benar memang tujuannya "MEMBELA RAKYAT KECIL" tp ya demonya pake AKAL dong... jangan pake OKOL...
kecewa ma mahasiswa-mahasiswa tsb..
mau jadi apa nantinya mahasiswa ky gtu. otak tawuran.


Sumber: di sini.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Boleh komentar apa saja.

POSTING TERBARU

Arsip Blog

Total Tayangan Laman

z

Tiket Pesawat Murah Ada: Disini

Sponsor

Sistema Enlaces Reciprocos
Code tukar link

Tampilan seperti ini: kabar berita