MENGUNGKAP SIAPA SEBENARNYA IBU RATU KIDUL. Kalau
kita mendengar ratu kidul langsung terbayang hal-hal mistis, merinding
badan kita, musrik dan tidak masuk akal. Sebelum saya cerita siapa
sebenarnya beliau perlu diketahui dulu bahwa Manusia adalah makhluk yang
diciptakan Allah SWT paling mulia dan tinggi derajatnya dibanding
makhluk-makhluk ciptaan ALLAH lain sekalipun malaikat.
Kita kembali ke pada jaman dulu (jaman Hindu/Nabi Sis AS) tepatnya jaman Aji Saka, Aji Sakti dan Aji Putih.
Ketiganya adalah kembar dan putra dari Raja Sungging Perbangkala dengan Ibu Ratu Dewi Arumba kerajaan dari India dekat Sungai Yamuna. Setelah meningkat dewasa ketiganya mempunyai kesaktian dan kepandaian yang setara sehingga membuat Raja melakukan sayembara kepada ketiganya untuk memperebutkan pusaka Kembang Cangkok Wijaya Kusuma yang selalu diikuti oleh pusaka Cakra Bijaksana dan Tiwi Krama. Siapa yang mendapatkan pusaka itu akan ditunjuk menjadi Raja. Oleh Patih Kerajaan, Patih Abiyasa yang sakti pusaka kembang cangkok wijaya kusuma dilempar jauh-jauh. Akhirnya ketiga putra raja mengejar pusaka itu dengan kesaktian mereka masing-masing.
Sampailah pada satu masa dan tempat dimana pusaka itu ternyata jatuhnya di sekitar Nusantara tepatnya di pulau Jawa. Setelah berbulan-bulan mengejar akhirnya mereka tiba di pulau Jawa.
Singkat cerita seiring dengan waktu, ternyata yang menemukan pusaka itu adalah Aji Putih (bungsu). Dengan sikap yang elegan dan tenang disampaikanlah penemuannya kepada Aji Sakti (tengah) dan dikatakan oleh Aji Sakti bahwa ini adalah kehendak Sang Hyang Wenang (Tuhan bahasa sekarangnya). Tiba-tiba datanglah Aji Saka (sulung) dengan nafsunya dan cenderung iri merebut pusaka itu dari Aji Putih tetapi ditahan oleh Aji Sakti sehingga tetap dipegang oleh Aji Putih. Pada saat itu Aji Putih mengatakan kalau memang kakak sulungnya menginginkan pusaka akan diberikan. Aji Saka mengatakan itu memang hak dia sebagai kakak tertua tetapi ditolak oleh Aji Sakti dengan mengatakan sesuai dengan pesan dan janji dari ayahanda bahwa yang menemukan pusaka akan dijadikan raja maka Aji Putihlah yang berhak menjadi Raja.
Aji Saka terus beragumen dan tetap menginginkan pusaka tetapi selalu dibantah oleh Aji Sakti sehingga terjadilah perang mulut dan perang fisik diantara keduanya sementara Aji Putih tetap pasrah dan ikhlas. Disini ditunjuukkan bahwa pasrah dan ikhlas yang tawadu pasti menuai hasil yang baik.
Perang antara kakak-adik terus terjadi tidak ada yang menang dan yang kalah sampai waktu bertahun-tahun sampai berabad bahkan sekarang.Karena bosan berperang, Aji Saka akhirnya pergi ke timur tepatnya daerah Banyuwangi (Alas Purwo). Disitulah Aji Saka merintis dan mendirikan kerajaan secara turun menurun mulai dari Daha, Kediri, Singasari, Majapahit sampai Mataram. Ingat like father like son, sifat iri dan gila kekuasaan selalu menyertai perjalanan anak cucu Aji Saka sehingga kita dapat menyaksikan sejarah perebutan kekuasaan Ken Arok-Tunggul Ametung, Tribuana Tunggal Dewi sampai kerajaan Mataram menjadi dua Yogyakarta dan Surakarta bahkan sekarang keraton Surakarta sempat pecah memperebutkan kekuasaan menjadi Mangkunegaran.
Bagaimana dengan Aji Putih? Aji Putih bersama turunannya mendirikan kerajaan Galeuh Pakuan sedangkan Aji Sakti mendirikan kerajaan Pajajaran yang sebenarnya hanya seolah-olah.Maksudnya mendirikan kerajaan tetapi tidak menjadi raja alias menjadi Pandita) dan selalu melindungi adiknya dari serangan Aji Saka.
Hubungannya dengan Ratu Kidul? Aji Sakti mempunyai 2 anak yaitu Dewi Sri Pohaci (sering dipanggil Cinde Maya) dan Jaka Manggala. Karena kecantikan Dewi Pohaci, banyak pria terutama kaum bangsawan menginginkannya menjadi calon istri mereka sehingga dibuatlah sayembara oleh Aji Sakti siapa yang dapat mengalahkan kesaktian Jaka Manggala maka akan ditunjuk sebagai suami Dewi Sri Pohaci. Seiring waktu, kesaktian Jaka Manggala tidak dapat dikalahkan oleh pria manapun sehingga membuat Dewi Sri Pohaci merenung dan sedih memikirkan nasibnya. Kalau begini terus bisa bisa gue nggak kawin-kawin nih (dalam hatinya). Sikap Dewi Sri Pohaci inilah membuat Jaka Manggala merasa bersalah tetapi dia sangat mencintai kakaknya sampai kapanpun.
Setelah merenung dan berpikir, Jaka Manggala memutuskan akan menghilang dari hadapan Dewi Sri Pohaci agar dapat menikah dengan pria idamannya dengan syarat dia menghilang tapi tidak jauh dari kakaknya. Caranya? Dengan kesaktiannya, Jaka Manggala masuk ke dalam kemaluan Kakaknya sampai ditemukan calon suami yang ideal buat kakaknya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, sampai abad berganti abad, masuklah masa Islam di tanah Jawa. Suatu hari Wali Songo memanggil Panembahan Senopati untuk memberitahukan peristiwa besar yang akan dialami oleh Panembahan Senopati. Dikatakannya Panembahan Senopati akan menemukan calon istri yang ideal tetapi ada petunjuk buat dia bahwa setelah menikah Panembahan Senopati dilarang untuk melakukan hubungan badan dengan istrinya selama 40 hari dan selama itu melakukan shalat Tahajud dengan amalan yang telah ditentukan.
Benar saja, suatu hari ketika berburu di hutan, Panembahan Senopati bertemu seorang wanita yang sangat cantik sekali dan dia sangat terpesona akan tutur bahasanya yang santun. Akhirnya wanita itu diajaklah ke kediaman beliau karena ternyata wanita itu tinggal seorang diri di hutan. Beliau mengabarkan kepada para wali apakah ini calon istri yang ideal. Ternyata benar dan menikahlah keduanya tetapi Panembahan Senopati tidak lupa akan amanat para wali selama 40 hari melakukan amalan dari para wali.
Pada hari ketiga terjadilah peristiwa yang akan mengubah tatanan dan sikap masyarakat Jawa terhadap pantai Selatan. yaitu ketika sedang wirid tepat di samping kelambu istrinya tiba-tiba Panembahan Senopati melihat seorang pria ada dalam kelambu itu. Ternyata pria di dalam kelambu itu tidak lain dan tidak bukan adalah Jaka Manggala, adik dari istrinya yaitu Dewi Sri Pohaci (berganti nama menjadi Cinde maya pada jaman itu). Rupanya Jaka Manggala keluar dari kemaluan kakaknya karena tidak kuat lagi menahan panasnya energi yang keluar dari setiap ayat Qur'an yang diwiridkan oleh Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati sempat berpikir apakah istrinya telah berbuat serong dan dikejarlah Jaka Manggala tetapi dengan kelihaiannya berhasil melarikan diri dengan cepatnya tanpa bisa dikejar oleh Panembahan Senopati. Ketika kembali ke kediaman Panembahan, ternyata Cinde Maya sudah tidak ada di kamarnya dan kelihatan melarikan diri juga karena merasa malu kepada Panembahan Senopati yang sudah dianggapnya sebagai pria dan suami yang baik dan beriman. Akhirnya dengan tergopoh-gopoh Cinde Maya sampailah di tepi jurang di Pantai Selatan dengan maksud bunuh dri ketika akan menceburkan diri, ada seorang pria yang memegang pundaknya sehingga selamatlah Cinde Maya. Siapakah Pria itu?
Pria itu adalah Nabi Khidir AS, dengan suara yang lantang ditegur dan dimarahilah Cinde Maya dengan mengingatkan bahwa sebagai manusia yang melakukan tindakan bunuh diri adalah dosa besar dan tidak diampuni oleh ALLAH SWT serta jaminannnya adalah neraka. Sambil menangis, Cinde Maya mengatakan apa yang harus dilakukan untuk menutupi aib itu. Oleh Nabi Khidir AS itu bukan aib tapi itu adalah takdir ALLAH SWT, atas seijin ALLAH, Nabi Khidir menawarkan kepada Cinde Maya untuk tinggal di Laut Selatan (alam gaib) sekaligus bertugas menjaga harta warisan Nabi Sulaeman AS (Nabi terkaya) dan juga ikut melestarikan alam lingkungan sepanjang pantai selatan Jawa. Cinde Maya menyetujuinya hingga sekarang masih menetapi laut selatan yang dikenal dengan Ibu Ratu Kidul.
Pertanyaannya adalah siapa sebenarnya yang selama ini digambarkan dengan wanita cantik pada lukisan dan kemunculan di sekitar laut selatan? Wanita itu adalah Nyi Blorong, siluman yang merupakan panglima dari Ibu Ratu Kidul dengan sifat yang kurang baik seperti tidak ingin disamakan dengan manusia baik pakaian, fisik dan lain sebagainya, Kalau di darat dikuasai oleh Centing Manik (SIluman) sedangkan di pantai Utara Jawa dikuasai Dewi Lanjar (siluman).
Jadi kesimpulannya adalah Ibu Ratu Kidul adalah manusia juga yang mengalami proses penuaan fisik dan karena Kun Faya Kun-nya ALLAH, beliau dapat berada di dua alam serta selalu melindungi anak cucunya. Begitulah ceritanya, jadi sebagai manusia , kita tidak boleh takut pada hal-hal mistik, klenik dan lain sebagainya apalagi jin dan setan tetapi yang kita takutkan adalah diri kita sendiri dalam mengendalikan nafsu manusia. Haya min autiha ka bada min sahadati (bahasa ibrani: ingat akan adat kita yang sah sebagai manusia) mudah-mudahan bermanfaat dan terus tingkatkan ibadah kepada ALLAH SWT dan bermanfaat bagi manusia dan alam sekitarnya.
Ketiganya adalah kembar dan putra dari Raja Sungging Perbangkala dengan Ibu Ratu Dewi Arumba kerajaan dari India dekat Sungai Yamuna. Setelah meningkat dewasa ketiganya mempunyai kesaktian dan kepandaian yang setara sehingga membuat Raja melakukan sayembara kepada ketiganya untuk memperebutkan pusaka Kembang Cangkok Wijaya Kusuma yang selalu diikuti oleh pusaka Cakra Bijaksana dan Tiwi Krama. Siapa yang mendapatkan pusaka itu akan ditunjuk menjadi Raja. Oleh Patih Kerajaan, Patih Abiyasa yang sakti pusaka kembang cangkok wijaya kusuma dilempar jauh-jauh. Akhirnya ketiga putra raja mengejar pusaka itu dengan kesaktian mereka masing-masing.
Sampailah pada satu masa dan tempat dimana pusaka itu ternyata jatuhnya di sekitar Nusantara tepatnya di pulau Jawa. Setelah berbulan-bulan mengejar akhirnya mereka tiba di pulau Jawa.
Singkat cerita seiring dengan waktu, ternyata yang menemukan pusaka itu adalah Aji Putih (bungsu). Dengan sikap yang elegan dan tenang disampaikanlah penemuannya kepada Aji Sakti (tengah) dan dikatakan oleh Aji Sakti bahwa ini adalah kehendak Sang Hyang Wenang (Tuhan bahasa sekarangnya). Tiba-tiba datanglah Aji Saka (sulung) dengan nafsunya dan cenderung iri merebut pusaka itu dari Aji Putih tetapi ditahan oleh Aji Sakti sehingga tetap dipegang oleh Aji Putih. Pada saat itu Aji Putih mengatakan kalau memang kakak sulungnya menginginkan pusaka akan diberikan. Aji Saka mengatakan itu memang hak dia sebagai kakak tertua tetapi ditolak oleh Aji Sakti dengan mengatakan sesuai dengan pesan dan janji dari ayahanda bahwa yang menemukan pusaka akan dijadikan raja maka Aji Putihlah yang berhak menjadi Raja.
Aji Saka terus beragumen dan tetap menginginkan pusaka tetapi selalu dibantah oleh Aji Sakti sehingga terjadilah perang mulut dan perang fisik diantara keduanya sementara Aji Putih tetap pasrah dan ikhlas. Disini ditunjuukkan bahwa pasrah dan ikhlas yang tawadu pasti menuai hasil yang baik.
Perang antara kakak-adik terus terjadi tidak ada yang menang dan yang kalah sampai waktu bertahun-tahun sampai berabad bahkan sekarang.Karena bosan berperang, Aji Saka akhirnya pergi ke timur tepatnya daerah Banyuwangi (Alas Purwo). Disitulah Aji Saka merintis dan mendirikan kerajaan secara turun menurun mulai dari Daha, Kediri, Singasari, Majapahit sampai Mataram. Ingat like father like son, sifat iri dan gila kekuasaan selalu menyertai perjalanan anak cucu Aji Saka sehingga kita dapat menyaksikan sejarah perebutan kekuasaan Ken Arok-Tunggul Ametung, Tribuana Tunggal Dewi sampai kerajaan Mataram menjadi dua Yogyakarta dan Surakarta bahkan sekarang keraton Surakarta sempat pecah memperebutkan kekuasaan menjadi Mangkunegaran.
Bagaimana dengan Aji Putih? Aji Putih bersama turunannya mendirikan kerajaan Galeuh Pakuan sedangkan Aji Sakti mendirikan kerajaan Pajajaran yang sebenarnya hanya seolah-olah.Maksudnya mendirikan kerajaan tetapi tidak menjadi raja alias menjadi Pandita) dan selalu melindungi adiknya dari serangan Aji Saka.
Hubungannya dengan Ratu Kidul? Aji Sakti mempunyai 2 anak yaitu Dewi Sri Pohaci (sering dipanggil Cinde Maya) dan Jaka Manggala. Karena kecantikan Dewi Pohaci, banyak pria terutama kaum bangsawan menginginkannya menjadi calon istri mereka sehingga dibuatlah sayembara oleh Aji Sakti siapa yang dapat mengalahkan kesaktian Jaka Manggala maka akan ditunjuk sebagai suami Dewi Sri Pohaci. Seiring waktu, kesaktian Jaka Manggala tidak dapat dikalahkan oleh pria manapun sehingga membuat Dewi Sri Pohaci merenung dan sedih memikirkan nasibnya. Kalau begini terus bisa bisa gue nggak kawin-kawin nih (dalam hatinya). Sikap Dewi Sri Pohaci inilah membuat Jaka Manggala merasa bersalah tetapi dia sangat mencintai kakaknya sampai kapanpun.
Setelah merenung dan berpikir, Jaka Manggala memutuskan akan menghilang dari hadapan Dewi Sri Pohaci agar dapat menikah dengan pria idamannya dengan syarat dia menghilang tapi tidak jauh dari kakaknya. Caranya? Dengan kesaktiannya, Jaka Manggala masuk ke dalam kemaluan Kakaknya sampai ditemukan calon suami yang ideal buat kakaknya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, sampai abad berganti abad, masuklah masa Islam di tanah Jawa. Suatu hari Wali Songo memanggil Panembahan Senopati untuk memberitahukan peristiwa besar yang akan dialami oleh Panembahan Senopati. Dikatakannya Panembahan Senopati akan menemukan calon istri yang ideal tetapi ada petunjuk buat dia bahwa setelah menikah Panembahan Senopati dilarang untuk melakukan hubungan badan dengan istrinya selama 40 hari dan selama itu melakukan shalat Tahajud dengan amalan yang telah ditentukan.
Benar saja, suatu hari ketika berburu di hutan, Panembahan Senopati bertemu seorang wanita yang sangat cantik sekali dan dia sangat terpesona akan tutur bahasanya yang santun. Akhirnya wanita itu diajaklah ke kediaman beliau karena ternyata wanita itu tinggal seorang diri di hutan. Beliau mengabarkan kepada para wali apakah ini calon istri yang ideal. Ternyata benar dan menikahlah keduanya tetapi Panembahan Senopati tidak lupa akan amanat para wali selama 40 hari melakukan amalan dari para wali.
Pada hari ketiga terjadilah peristiwa yang akan mengubah tatanan dan sikap masyarakat Jawa terhadap pantai Selatan. yaitu ketika sedang wirid tepat di samping kelambu istrinya tiba-tiba Panembahan Senopati melihat seorang pria ada dalam kelambu itu. Ternyata pria di dalam kelambu itu tidak lain dan tidak bukan adalah Jaka Manggala, adik dari istrinya yaitu Dewi Sri Pohaci (berganti nama menjadi Cinde maya pada jaman itu). Rupanya Jaka Manggala keluar dari kemaluan kakaknya karena tidak kuat lagi menahan panasnya energi yang keluar dari setiap ayat Qur'an yang diwiridkan oleh Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati sempat berpikir apakah istrinya telah berbuat serong dan dikejarlah Jaka Manggala tetapi dengan kelihaiannya berhasil melarikan diri dengan cepatnya tanpa bisa dikejar oleh Panembahan Senopati. Ketika kembali ke kediaman Panembahan, ternyata Cinde Maya sudah tidak ada di kamarnya dan kelihatan melarikan diri juga karena merasa malu kepada Panembahan Senopati yang sudah dianggapnya sebagai pria dan suami yang baik dan beriman. Akhirnya dengan tergopoh-gopoh Cinde Maya sampailah di tepi jurang di Pantai Selatan dengan maksud bunuh dri ketika akan menceburkan diri, ada seorang pria yang memegang pundaknya sehingga selamatlah Cinde Maya. Siapakah Pria itu?
Pria itu adalah Nabi Khidir AS, dengan suara yang lantang ditegur dan dimarahilah Cinde Maya dengan mengingatkan bahwa sebagai manusia yang melakukan tindakan bunuh diri adalah dosa besar dan tidak diampuni oleh ALLAH SWT serta jaminannnya adalah neraka. Sambil menangis, Cinde Maya mengatakan apa yang harus dilakukan untuk menutupi aib itu. Oleh Nabi Khidir AS itu bukan aib tapi itu adalah takdir ALLAH SWT, atas seijin ALLAH, Nabi Khidir menawarkan kepada Cinde Maya untuk tinggal di Laut Selatan (alam gaib) sekaligus bertugas menjaga harta warisan Nabi Sulaeman AS (Nabi terkaya) dan juga ikut melestarikan alam lingkungan sepanjang pantai selatan Jawa. Cinde Maya menyetujuinya hingga sekarang masih menetapi laut selatan yang dikenal dengan Ibu Ratu Kidul.
Pertanyaannya adalah siapa sebenarnya yang selama ini digambarkan dengan wanita cantik pada lukisan dan kemunculan di sekitar laut selatan? Wanita itu adalah Nyi Blorong, siluman yang merupakan panglima dari Ibu Ratu Kidul dengan sifat yang kurang baik seperti tidak ingin disamakan dengan manusia baik pakaian, fisik dan lain sebagainya, Kalau di darat dikuasai oleh Centing Manik (SIluman) sedangkan di pantai Utara Jawa dikuasai Dewi Lanjar (siluman).
Jadi kesimpulannya adalah Ibu Ratu Kidul adalah manusia juga yang mengalami proses penuaan fisik dan karena Kun Faya Kun-nya ALLAH, beliau dapat berada di dua alam serta selalu melindungi anak cucunya. Begitulah ceritanya, jadi sebagai manusia , kita tidak boleh takut pada hal-hal mistik, klenik dan lain sebagainya apalagi jin dan setan tetapi yang kita takutkan adalah diri kita sendiri dalam mengendalikan nafsu manusia. Haya min autiha ka bada min sahadati (bahasa ibrani: ingat akan adat kita yang sah sebagai manusia) mudah-mudahan bermanfaat dan terus tingkatkan ibadah kepada ALLAH SWT dan bermanfaat bagi manusia dan alam sekitarnya.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Boleh komentar apa saja.